Minggu, 11 September 2011

AJAK KAMI BICARA




Dalam era demokrasi dan keterbukaan, ternyata kita masih dipertontonkan dengan praktek-praktek pemaksaan secara sepihak dari para penguasa, hal ini dengan diterbitkanya dua Peraturan menteri sekaligus yaitu menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian dengan Peraturan menteri sebagai berikut :
Permendag No. 17/M-DAG/PER/6/2011 Tentang Pengadaan dan penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk sektor Pertanian dan
Permentan Nomor 06/Permentan/SR.130/2/2011 tahun 2011

Paguyuban gapoktan sebagai wadah organisasi Gapoktan di Kabupaten Tegal, sangat keberatan, jika rapat Koordinasi yang diselenggarakan pada tanggal 6 September di Plaza Hotel Tegal sebagai ajang pengesahan sebuah kebijakan yang dipaksakan, sehingga dengan tegas, PAGUYUBAN GAPOKTAN MENOLAK PENANDA TANGANAN SPJB (Surat Perintah Jual Beli) pupuk bersubsidi Pusri oleh Pihak distributor dan PT. Pusri palembang.
Hal ini karena Paguyuban gapoktan belum pernah mendapatkan informasi hasil demplot maupun demfarm oleh PT. Pusri palembang di Kabupaten Tegal.
Kriteria yang harus dilakukan oleh Pihak PT. Pusri palembang adalah sebgaiu berikut :
  1. Produk yang disalurkan tanpa couting (Pembungkus), karena Petani di kabupaten tegal sudah terbiasa dengan Pupuk tanpa couting, sehingga, begitu di tebar, dampak pemupukan langsung terasa.
  2. Adanya sosialisasi bagi petani komoditas tertentu (khususnya Bawang), yang sudah cocok dengan Pupuk Kujang.
  3. Model Penyaluran yang fleksibel, seperti yang telah dilakukan PT. Kujang Cikampek selama ini, sehingga peralihan dari Kujang ke Pusri tidak akan mengalami Gejolak.
  4. Melakukan Denplot dan Demfarm, sebagai bahan perbandingan hasil pemupukan dengan pupuk sebelumnya.
Kemudian, keluarnya Peraturan menteri itu sangat kami sesalkan, apalagi Bapak Menteri pertanian (Bpk Suswono) adalah wakil rakyat dari dapil Tegal (Kota/kab) dan Brebes, kenapa membuat peraturan tanpa mendengar aspirasi warga yang telah memilih ? Seyogyanya Kriteria-kriteria diatas menjadi acuan dari keluarnya sebuah peraturan menteri, sehingga Petani merasa DIAJAK BICARA dalam setiap pengambilan keputusan.

Kami khawatir, jika kendali emosi menjadi jalan keluar untuk mendobrak Pintu Besi para penguasa yang tak berp[ihak pada rakyat, maka pertumpahan darah akan menjadi warna dalam setiap penyampaian aspirasi, apalagi masyarakat Brebes -Tegal sudah terkenal dengan SUMBU PENDEK (gampang emosi), yang kasar dalam bertutur dan bertata krama, tapi sesungguhnya, dalam sisi ruang hati nurani yang paling dalam dan jika kita kaji lebih jauh, sumbu pendek yang ada menunjukan KAMI MASIH CINTA INDONESIA. Jangan sampai kami diam, dan kami acuh terhadap tanah air ini, akibat ulah para penguasa yang sudah kehilangan hati nurani.....
wassalam..